hashtagnews.id – Sebuah tradisi kuno kembali hadir dalam prosesi pemakaman Paus Fransiskus yang berlangsunghari ini, Sabtu (26/4/2025).
Gereja Katolik menggunakan metode tanatopraksi untuk mengawetkan jenazah, memungkinkan umat memberikan penghormatan terakhir dalam beberapa hari ke depan sebelum dimakamkan secara resmi.
Penggunaan tanatopraksi bukanlah hal baru dalam Gereja Katolik.
Praktik ini memiliki akar sejarah yang panjang dan telah berlangsung selama berabad-abad, khususnya dalam mempersiapkan jenazah para Paus untuk disemayamkan dan dipamerkan kepada publik.
Pengawetan jenazah dianggap penting, tidak hanya sebagai bentuk penghormatan spiritual, tetapi juga demi tuntutan praktis—mengingat panjangnya rangkaian upacara pemakaman yang diadakan.
Di masa lampau, proses pembalsaman dilakukan dengan metode yang jauh lebih invasif.
Organ dalam diangkat dan tubuh disuntik dengan zat-zat kimia keras seperti formalin dan alkohol.
Namun, seiring perkembangan pengetahuan medis dan kesadaran akan dampak buruk bahan kimia terhadap tubuh, Gereja Katolik beralih ke teknik tanatopraksi, sebuah prosedur yang lebih lembut namun tetap efektif.
Melalui tanatopraksi, jasad Paus Fransiskus tetap dalam kondisi baik untuk disemayamkan di Basilika Santo Petrus, memberi kesempatan bagi jutaan umat dari seluruh dunia untuk datang dan memberikan penghormatan terakhir.
Metode ini mencerminkan kehati-hatian Gereja dalam menjaga tradisi, sembari tetap mengakomodasi nilai-nilai kemanusiaan dan estetika dalam peristiwa sakral ini.
Inovasi medis yang berpadu dengan penghormatan spiritual menjadikan tanatopraksi sebagai simbol kontinuitas dan keteguhan Gereja dalam merawat warisan ritual suci yang telah berlangsung lintas generasi.