Spanduk Protes Sambut Menteri Agama di Palopo, Dosen Diduga LGBT Didesak Nonaktif

Daerah313 Dilihat

hashtagnews.id – Kunjungan Menteri Agama ke Auditorium Universitas Islam Negeri (UIN) Palopo pada Jumat, 3 Oktober 2025, tak berjalan mulus.

Aksi protes mendadak dari kelompok mahasiswa yang menamakan diri Aliansi Mahasiswa Resah (AMARAH) Jilid 3 membayangi kepulangan sang menteri.

Aksi yang berlangsung saat Menteri Agama hendak bertolak kembali ke bandara itu diwarnai pembentangan spanduk.

Isi tuntutan tersebut berupa tuntutan agar seorang dosen di kampus tersebut dinonaktifkan menyusul dugaan keterlibatan dalam kasus Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) serta pelecehan.

Akbar, perwakilan dari AMARAH, menyatakan aksi tersebut adalah bentuk keberatan atas dugaan keterlibatan oknum dosen dalam isu LGBT.

“Kami menuntut agar dosen tersebut dinonaktifkan dan kampus UIN Palopo dibersihkan dari individu yang dianggap mencoreng nama baik institusi agama,” ujar Akbar.

Baca juga:  Remaja di Makassar Terbakar Setelah Mabuk Lem di Gardu Listrik

Pembentangan spanduk sempat memicu ketegangan antara mahasiswa dan pihak keamanan kampus.

Pelecehan Seksual via Pesan Singkat
Kasus dugaan pelecehan seksual yang menyeret nama dosen ini tengah diproses oleh Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) serta Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Palopo.

Satgas PPKS dan PSGA telah menerima keterangan dari tiga pelapor: Muhammad Fadli, Muhammad Firmansyah, dan Muh Futhifar Putra Pratama.

Para korban mengaku menerima pelecehan dari oknum dosen itu melalui pesan singkat, berupa pengiriman gambar alat kelamin.

Meski demikian, Rektor UIN Palopo Abbas Langaji menyebut investigasi telah dilakukan sejak sepekan lalu melalui Tim PPKS.

“Namun, hingga saat ini belum ada korban yang secara resmi melapor untuk dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sebagai dasar penindakan,” kata Abbas pada Sabtu, 27 September.

Baca juga:  Jelang HUT ke-21, Pemkot Palopo Gelar Lomba Pidato Bahasa Luwu Tingkat SD-SMP 

Abbas memastikan penyelidikan akan tetap berjalan profesional. Pihak kampus, lanjutnya, sedang melakukan pendekatan persuasif kepada salah satu yang diduga korban agar bersedia memberikan keterangan resmi kepada PPKS. (*/Wdy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *