hashtagnews.id – Dugaan kasus pelecehan seksual yang melibatkan seorang dosen berorientasi seksual LGBT di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Palopo memasuki babak yang kontroversial.
Rektor UIN Palopo, Abbas Langaji mengeluarkan pernyataan yang seolah-olah meniadakan kasus tersebut, dengan mengklaim bahwa mahasiswa yang diduga korban mengaku tidak merasa dilecehkan dan telah lama mengabaikan percakapan.
Diketahui, informasi dugaan pelecehan oleh dosen berinisial TT yang mencuat di kalangan kampus sejak Rabu, (17/9/2025).
Oleh karena itu, Abbas Langaji memaparkan hasil pertemuannya dengan mahasiswa yang tangkapan layar (SS) percakapannya dengan Dosen TT beredar.
Hasil pertemuan ini cenderung meringankan terduga pelaku dan menyederhanakan dugaan tindak asusila.
“Saya sudah bertemu dan bicara dengan pemilik akun Instagram yang SS-nya beredar,” ungkap Abbas.
“Bahwa ybs [yang bersangkutan] mengakui SS tersebut dari akun Ig-nya, chat Ig tersebut sudah lama, lebih dari 1 tahun yang lalu,” jelasnya.
Abbas menekankan mahasiswa tersebut sudah memblokir akun TT dan mengabaikan chat tersebut. Yang paling menjadi sorotan adalah klaim Rektor mengenai penolakan korban atas statusnya.
“Ybs tidak merasa sebagai korban pelecehan,” tegas Abbas.
Ia menambahkan bahwa mahasiswa hanya mengakui pernah mengirimkan SS tersebut ke salah satu kontak WhatsApp-nya.
Abbas juga memastikan interaksi akademik antara keduanya minim.
“Bahkan pernah diajar oleh TT dalam 1 semester pada 1 mata kuliah, dan selama proses belajar tidak ada interaksi. Sejak ‘perkenalan’ di Ig ybs dan TT tidak pernah bertemu, kecuali dalam konteks perkuliahan,” tuturnya.
Sementara itu, Menurut keterangan MP (21), teman korban, dugaan pelecehan berawal saat dosen TT menghubungi korban melalui Instagram dengan mengaku sebagai senior (kating).
Peristiwa puncaknya terjadi pada Rabu (17/9) malam, ketika dosen tersebut mengirimkan foto tidak senonoh.
“Ada salah satu mahasiswa yang menjadi korban dari oknum dosen LGBT yang mengirimkan foto kelamin sekali lihat di WhatsApp,” kata MP pada Kamis, (25/9).
MP menambahkan korban yang merasa risih dan trauma, menceritakan kejadian tersebut kepada senior dan teman-temannya. Dosen TT sendiri dilaporkan masih terlihat aktif mengajar di kampus.
Mahasiswa yang mengetahui insiden ini memilih untuk tidak melaporkannya ke Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) UIN Palopo.
Mereka menilai Satgas PPKS tidak becus dalam menangani kasus serupa dan cenderung melindungi citra kampus.
“(Sehingga) kawan-kawan di kampus yang mengetahui ini mencoba untuk mempropagandakan isu tersebut dengan menempel poster di dinding kampus dan memposting ke media sosial,” ungkap MP.
“Kami menganggap Satgas PPKS berusaha menutupi kasus pelecehan agar tidak terpublikasi, demi nama baik kampus. PPKS tidak memberikan efek jera dan pelaku oknum dosen pelecehan ini masih berkeliaran di kampus,” tutupnya. (Wdy)














