Kamala Harris Gantikan Joe Biden, Berdampak Hingga ke Rupiah

Global12191 Dilihat

Hashtagnews.id – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden secara mengejutkan mengundurkan diri dari pencalonan pada pemilihan presiden AS November 2024. Dalam surat yang diunggah di akun Instagram dan X pribadinya, Biden mengucapkan terima kasih kepada Wakil Presiden Kamala Harris dan semua pendukung yang telah bekerja keras untuk kampanyenya.

Biden menyatakan keyakinannya bahwa Amerika akan terus maju dengan persatuan dan kerja sama. “Meskipun saya berniat mencalonkan kembali, saya percaya akan lebih baik bagi partai dan negara ini jika saya mundur dan fokus menjalankan tugas saya sebagai Presiden untuk sisa masa jabatan saya,” tulis Biden dalam suratnya pada Minggu (21/7/2024) waktu setempat.

Biden menghadapi tekanan dari sekutu terdekatnya di Partai Demokrat yang merasa ia terlalu tua dan lemah untuk mengalahkan mantan Presiden Donald J. Trump. Wakil Presiden Kamala Harris kini dipandang sebagai pengganti terdepan untuk Biden dalam pilpres 2024, dengan partai yang akan mengumumkan calon baru pada konvensi di Chicago pada 19-22 Agustus.

Baca juga:  Rahasia Kekayaan Alam Indonesia: Tanaman Herbal yang Menakjubkan

Kinerja debat Biden yang buruk pada Juni lalu membuat banyak analis pasar memperkirakan Trump akan menang pada Pilpres AS 2024. Insiden penembakan yang mengenai Trump saat kampanye di Pennsylvania, Sabtu dua pekan lalu, semakin memperkuat keyakinan pasar bahwa Trump dapat mengalahkan Biden.

Survei dari Polymarket menunjukkan Trump unggul dengan 63% dibanding Harris yang hanya 32%. Jay Hatfield, CEO di Infrastructure Capital Advisors, memperkirakan “reaksi pasar saham yang tenang” terhadap pengunduran diri Biden, seiring seruan agar Biden mundur semakin kuat.

Ekonom bank Swiss UBS menyatakan bahwa jika Harris menang, pemerintahan Demokrat kemungkinan akan mendukung inisiatif energi hijau, efisiensi, dan kendaraan listrik. Sementara, jika Trump menang, Gedung Putih kemungkinan akan meningkatkan ekspektasi pasar terhadap pemotongan pajak dan peraturan bisnis yang lebih ringan, serta tarif perdagangan yang lebih tinggi.

Dampak Pengunduran Diri Biden di Indonesia

Baca juga:  Jenderal Rusia Andrei Sukhovetsky Tewas Ditembak Sniper Tentara Ukraina

Ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang menjelaskan bahwa pengunduran diri Biden bisa meningkatkan ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan dan investasi AS. “Kondisi ini meningkatkan volatilitas di pasar uang dan pasar modal, dengan Volatility Index (VIX) kembali naik,” ujar Hosianna kepada CNBC Indonesia. Pada awal perdagangan kemarin (22/7/2024), VIX berada di level yang cukup tinggi, di atas 16.

Di Indonesia, ketidakpastian juga meningkat karena masa transisi presiden dari Joko Widodo ke Prabowo Subianto. “Di tengah ketidakpastian global terkait AS dan Euro Area Election, domestik sedang mempersiapkan transisi Presiden Baru dan Pilkada,” lanjutnya. Kondisi ini bisa membuat rupiah tertekan terhadap dolar AS karena investor cenderung memilih aset aman seperti USD.

Hosianna juga menegaskan bahwa pelemahan rupiah yang terjadi bersifat jangka pendek, menyongsong pemotongan suku bunga bank sentral AS (The Fed).

Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Wisnubroto, mengatakan bahwa dampak pengunduran diri Biden dan majunya Kamala Harris belum signifikan, sementara Trump masih diunggulkan. Jika Trump menang, pasar tidak akan terkejut, berbeda dengan kejutan yang diberikan pada 2016 saat Trump mengalahkan Hillary Clinton.

Baca juga:  Rusia Terbitkan Daftar Negara Tak Bersahabat, Indonesia Termasuk?

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyatakan bahwa pelemahan rupiah terjadi akibat sentimen risk-off secara global setelah pengumuman mendadak Biden. Selain itu, pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral China (PBoC) sebesar 10 basis poin untuk tenor satu dan lima tahun juga meredakan kekhawatiran investor terhadap pemulihan ekonomi China, yang turut melemahkan rupiah pada perdagangan kemarin (22/7/2024).

Meski rupiah cenderung tertekan, Josua meyakini bahwa investor global akan lebih mencermati arah suku bunga bank sentral global, terutama The Fed, yang diperkirakan memiliki ruang penurunan lebih besar pada tahun 2025. Penurunan suku bunga Fed yang juga akan diikuti oleh BI diharapkan dapat memperkuat harga aset keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.

Komentar