hashtagnews.id – Sebuah studi terbaru mengungkapkan fakta mengejutkan tentang perbedaan signifikan antara kondisi keuangan Generasi Z (Gen Z) dan Milenial. Meskipun keduanya merupakan generasi yang baru memulai karier di usia muda, kenyataan menunjukkan bahwa Gen Z, yang kini berusia 22 hingga 24 tahun, jauh lebih ‘miskin’ dibandingkan dengan Milenial sepuluh tahun yang lalu.
Laporan yang diterbitkan oleh TransUnion pada kuartal keempat 2023 mencatat bahwa rata-rata pendapatan tahunan Gen Z di rentang usia tersebut hanya mencapai US$45.493. Sementara itu, pada periode yang sama satu dekade sebelumnya, generasi Milenial yang berada pada usia yang sama memperoleh penghasilan lebih tinggi, yakni US$51.825, setelah disesuaikan dengan inflasi.
Kesenjangan pendapatan ini diperburuk oleh rasio utang terhadap pendapatan yang lebih tinggi untuk Gen Z. TransUnion melaporkan bahwa rasio utang terhadap pendapatan Gen Z mencapai 16,05%, sedangkan Milenial hanya mencatatkan angka 11,76%. Kesenjangan ini menggambarkan beban finansial yang lebih besar bagi Gen Z, yang sebagian besar tumbuh di tengah inflasi tinggi dan biaya hidup yang terus meningkat.
Inflasi dan Krisis Ekonomi sebagai Faktor Utama
Para ahli mengaitkan fenomena ini dengan kondisi ekonomi yang memburuk selama beberapa tahun terakhir. Gen Z, yang lahir antara 1995 dan 2012, memasuki dunia kerja di tengah tingkat inflasi yang melonjak tajam. Inflasi mencapai puncaknya pada Juni 2022 dengan kenaikan 9,1%, yang merupakan kenaikan tercepat dalam 41 tahun. Dalam hal ini, Gen Z menjadi generasi yang paling terpengaruh oleh lonjakan biaya hidup yang tajam, terutama dalam hal perumahan, pendidikan, dan layanan kesehatan.
Jason Laky, Wakil Presiden Eksekutif dan Kepala Layanan Keuangan TransUnion, menyatakan bahwa “biaya hidup jauh lebih tinggi dibandingkan satu dekade lalu, dan konsumen muda semakin beralih ke produk kredit untuk memenuhi kebutuhan finansial mereka.” Selain itu, Laky menambahkan bahwa tingkat penghasilan yang lebih rendah, serta inflasi yang terus tinggi, kemungkinan besar akan membuat saldo utang, seperti kartu kredit dan pinjaman pribadi, terus meningkat.
Stres Finansial Meningkat, Kepercayaan Diri Menurun
Ketegangan finansial yang dialami oleh Gen Z juga tercermin dalam survei TransUnion, di mana 14% responden Gen Z mengaku “sangat stres” tentang situasi keuangan mereka. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 8% responden Milenial pada tahun 2013. Sebaliknya, hanya 8% dari Gen Z yang merasa “sangat percaya diri” tentang keuangan mereka, sementara pada tahun 2013, 13% dari Milenial merasa optimis mengenai hal tersebut.
Data ini menunjukkan bahwa perbedaan kondisi ekonomi tidak hanya terletak pada angka penghasilan, tetapi juga pada tingkat kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan finansial. “Ini adalah generasi yang baru memasuki dunia kerja dan, sayangnya, harus berhadapan dengan tantangan ekonomi yang jauh lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya,” kata Laky.
Kartu Kredit Menjadi Solusi, Tapi Ada Risiko
Untuk mengatasi kesulitan finansial mereka, lebih banyak Gen Z yang mengandalkan kartu kredit sebagai produk kredit utama. Menurut laporan, 84% dari mereka yang berusia 22-24 tahun memiliki setidaknya satu kartu kredit pada kuartal keempat 2023, dibandingkan hanya 61% dari Milenial pada usia yang sama sepuluh tahun lalu. Lebih dari sepertiga dari mereka menyebutkan kartu kredit sebagai produk kredit yang paling berguna, naik dari 29% pada generasi Milenial sepuluh tahun lalu.
Namun, meningkatnya ketergantungan pada kartu kredit ini membawa risiko baru. Kenaikan utang yang tidak terkendali dapat memperburuk ketegangan finansial dan memperpanjang ketidakpastian ekonomi yang mereka hadapi.
Tantangan yang Tidak Hanya Ekonomi
Faktor lain yang turut mempengaruhi kondisi keuangan Gen Z adalah dampak dari pandemi COVID-19. Banyak dari mereka yang memasuki dunia kerja pada masa krisis, ketika peluang pekerjaan terbatas dan pasar tenaga kerja dipenuhi dengan ketidakpastian. Selain itu, pergeseran ke ekonomi gig dan pekerjaan kontrak jangka pendek membuat banyak pekerja muda menghadapi ketidakstabilan pendapatan yang lebih besar dibandingkan Milenial yang lebih banyak bekerja di sektor formal pada masa mereka.
Di sisi lain, biaya pendidikan yang semakin tinggi memaksa Gen Z untuk mengambil utang pendidikan yang besar, membebani mereka sejak awal karier. Sementara itu, Milenial juga mengalami tantangan serupa, namun tingkat bunga pinjaman dan biaya pendidikan saat itu belum setinggi sekarang.
Masa Depan yang Menantang, Namun Penuh Potensi
Meski menghadapi berbagai kesulitan finansial, Gen Z tidak kehilangan harapan. Mereka cenderung lebih adaptif terhadap teknologi, lebih paham akan pentingnya perencanaan keuangan pribadi, dan lebih terbuka terhadap peluang karier non-tradisional seperti kewirausahaan dan pekerjaan jarak jauh. Inovasi dan kemampuan untuk beradaptasi ini diharapkan dapat menjadi kunci dalam menghadapi tantangan finansial mereka.
Namun, jika kondisi ini terus berlanjut tanpa ada perbaikan sistemik melalui kebijakan publik yang mendukung dan reformasi ekonomi, kesenjangan finansial antar generasi bisa semakin melebar. Di balik semua tantangan yang dihadapi, nasib ekonomi Gen Z menjadi indikator penting dari kondisi sosial-ekonomi global di masa depan. (*)