Sleep Tourism Meningkat Jadi Tren Liburan Populer di 2025

Lifestyle433 Dilihat

hashtagnews.id – Siapa sangka tidur aktivitas paling mendasar dalam keseharian kini menjelma menjadi destinasi wisata yang diminati.

Fenomena ini dikenal sebagai sleep tourism (wisata tidur) tren pariwisata baru yang diprediksi akan menjadi sorotan utama di tahun 2025.

Setelah bertahun-tahun terjebak dalam rutinitas dan tekanan hidup terlebih akibat pandemi global, masyarakat dunia mulai mengubah cara pandang terhadap liburan.

Jika sebelumnya bepergian identik dengan menjelajah tempat baru atau berburu spot Instagramable, kini tujuan utamanya adalah sederhana namun esensial, tidur nyenyak.

Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat bahwa sekitar 36 persen orang dewasa di Amerika Serikat mengalami kekurangan tidur.

Baca juga:  Sensus Doloksaribu: Cara Mudah Mengeringkan Kasur yang Kena Air

Di balik angka tersebut tersimpan fakta yang mencemaskann tingginya tingkat stres dan kecemasan membuat tidur berkualitas menjadi kebutuhan yang makin langka.

“Siklus stres dan kurang tidur menciptakan lingkaran tak berujung. Banyak orang akhirnya mencari pelarian yang benar-benar memberi jeda dari tekanan hidup,” tulis laporan Real Simple.

Konsep sleep tourism bukan lagi sekadar menginap di hotel dengan kasur empuk.

Industri perhotelan dan resort kelas dunia kini berlomba menghadirkan pengalaman tidur yang terintegrasi dengan konsep wellness tourism.

Paket liburan tidak hanya berisi yoga atau meditasi tetapi juga fasilitas dan atmosfer yang dirancang khusus untuk menciptakan tidur berkualitas, dimana kamar dengan peredam suara, tirai anti cahaya, aromaterapi, bahkan menu makanan penunjang relaksasi.

Baca juga:  Destinasi Wisata Jepang Terbaik yang Wajib Dikunjungi

Menariknya, tren ini juga dapat diadaptasi secara mandiri di rumah.

Banyak orang mulai menciptakan versi staycation mereka sendiri dengan memodifikasi kamar tidur agar menyerupai suite hotel bintang lima.

Mulai dari mengganti sprei, memasang tirai blackout, memilih bantal ergonomis, hingga mematikan notifikasi perangkat elektronik.

Tak hanya itu, sejumlah aktivitas pelengkap juga mulai populer di kalangan pelaku sleep staycation, seperti yoga ringan di malam hari, terapi suara alam (sound bath), facial sederhana, mandi relaksasi dengan minyak esensial hingga minuman mocktail penenang berbahan magnesium dan ceri tart.

Sleep tourism hadir sebagai jawaban bagi generasi yang lelah.

Dalam dunia yang semakin cepat, liburan yang paling dicari bukan lagi soal petualangan ke luar, melainkan perjalanan kembali ke dalam diri—melalui tidur yang utuh dan berkualitas. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *