Oleh: Al Mudzill Wal Severus
Mendengarkan isi khutbah Jumat di salah satu Mesjid tertua yang ada di kota Palopo, terasa akal dan hati kembali fitri melihat kondisi segala dimensi kehidupan sekarang ini.
Ummat muslim menunaikan kewajibannya selaku hamba yang taat pada yang Maha Gaib, meskipun makhluk kecil yang ghaib (covid-19) hingga saat ini masih ganas dan membinasakan manusia, yang botabene adalah makhluk yang lebih besar dari padanya.
Tak dapat dipungkiri bahwa keganansan makhluk kecil (Covid-19) tersebut membuat ibadah ummat muslim banyak terbengkalai, tidak bebas mengespresikan ritual-ritual yang dipercayainya.
Kurang lebih dua tahun terakhir ini, isi khutbah maupun ceramah Islamiyah dilantunkan oleh orang-orang yang paham soal kondisi kehidupan sekarang ini, mulai dari persoalan agama, sosial, budaya, politik hingga ranah spritual sekalipun. Namun demikian, Makhluk kecil yang ghaib tersebut masih perkasa merubah tatanan kehidupan manusia. Tak ada satupun manusia yang bisa menandingi kecepatannya bahkan oleh teknologi dengan kecepatan super sekalipun juga tak berdaya. Kecuali Tuhan Yang Maha Ghaib, tentu hanya Tuhanlah yang bisa menakdirkan agar makhluk kecil tersebut dapat binasa.
Dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun terakhir ini, seluruh manusia yang di lingkungannya merasakan langsung teror dari makhluk kecil ini, Baik pada manusia yang sering congkak, rajin beribadah mapun yang malas, semua merasa was-was menjalani kehidupannya. Berdoa dan iktiar sudah intens dilakukan namun makhluk kecil ini tetap saja semakin ganas, tidak pandang bulu memporak-porandakan semua kalangan, semua strata sosial, baik pejabat, pengusaha, masyarakat kecil, juga tokoh-tokoh agama ikut diporak-porandakan.
Di masa ini semua manusia berlutut seraya berserah diri kepada yang kuasa, sikap kesombongan manusia diletakkan demi terhindar dari ganasnya makhluk kecil ini. Semuanya membatasi diri dari ruang gerak kehidupan. Nyatanya hidup ini memang perlu untuk lebih mendekatkan diri kepada Ilahi, berdoa dan ikhtiar agar makhluk kecil ini tidak merebak lagi, sikap keangkuhan manusia juga perlu untuk dijinakkan. Sebab tak ada yang tinggi selain yang punya segalanya, kesombongan yang dimiliki tentu akan musnah apabila makluk kecil itu menggasak kita.
Teringat dengan kisah seorang raja diktator semasa hidup dengan Nabi Ibrahim, Raja Namrud. Kehidupan raja sangat sombong dengan keperkasaan yang dimiliki, beberapa kali Nabi Ibrahim mengajak raja untuk menyembah Tuhannya, tetapi Raja Namrud tetap merasa bahwa dirinya adalah “Tuhan”, hingga akhirnya dengan kesombongannya yang semakin congkak Raja Namrud pun dibinasakan oleh makluk kacil. Kesombongan Raja Namrud diporak-porandakan oleh makhluk kecil dari sang Khalik, segerombolan nyamuk membinasakan Raja Namrud dalam kondisi mengenaskan. Bukan karena serangan tombak atau hujaman anak panah, melainkan sang diktator itu tewas akibat serangga kecil.
Sama halnya dengan kisah makar dan konspirasi Abrahah dengan pasukan gajahnya yang hendak menghancurkan Ka’bah di Mekkah. Kedigdayaan pasukan gajahnya ditumpulkan dengan pasukan kecil berupa gerombolan burung Ababil. Begitupun kisah tentang kematian Fir’aun yang mengaku “Tuhan”. Penguasa Mesir itu meninggal tenggelam di Laut Merah.
Kisah ini mengisyaratkan bahwa tentang kebesaran Tuhan, kehidupan yang sombong melebihi kuasaNYA akan binasa dengan cara-cara yang sepele dan mustahil. kisah kesombongan raja Namrud inipun termaktub dalam Al-Qur’an, surah Al-Baqarah.
Semua makhluk adalah berasal dari Tuhan. DIA punya rekayasa namun makhluk tak mengetahuinya. Manusia tak mampu memprediksi kapan makhluk kecil ini segera musnah dari kehidupannya agar kehidupan manusia kembali noramal seperti sedia kala, kata ustadz yang sempat mengisi khotbah Jumaat di Messjid tua itu, ”Kondisi ummat sekarang ini memang tidak baik-baik saja, akibat dari makluk kecil yang ghaib ini, kemudian apa yang sepantasnya kita lakukan selaku manusia saat sekarang begini? Marilah berdoa dan iktiar semaksimal mungkin, semoga dengan cara ini bisa mengetuk pintu takdir baik Tuhan.
Doa dan ikhtiar sama-sama punya dorongan untuk mengubah kehidupan ini, biasanya doa dan iktiar disebut sebagai doa lahiriyah dan doa batiniah, dengan begitu kekuatan doa tersebut semoga yang kuasa menakdirkan kehidupan baru yang lebih baik.
Komentar