Hashtagnews.id – Nama Tomy Winata selalu dikaitkan dengan para pengusaha elite yang dikenal sebagai ‘9 Naga’ di Indonesia. Baru-baru ini, namanya mencuat lagi terkait pemberitaan sosok berinisial T yang disebut sebagai pengendali judi online di Indonesia. Meskipun rumor ini belum terbukti, publik sudah mengaitkannya dengan Tomy Winata.
Sebelumnya, Tomy juga sempat menjadi sorotan karena terlibat dalam konflik Pulau Rempang. Untuk mendapatkan konsesi pengembangan Pulau Rempang di Batam, Kepulauan Riau, ia rela mengeluarkan Rp1,2 triliun. Sejak itu, banyak yang penasaran dengan profil Tomy Winata sebagai pengusaha. Melalui PT. MEG, Tomy berencana mengembangkan Pulau Rempang menjadi Rempang Eco City, kawasan industri ramah lingkungan. PT. MEG akan membangun Rempang Tower, yang diperkirakan akan menjadi menara tertinggi di Pulau Rempang dengan biaya sekitar Rp 45 triliun.
Tomy Winata lahir pada 23 Juli 1958 dan dikenal sebagai pengusaha berpengaruh sejak era Orde Baru. Meski tidak berasal dari keluarga kaya, Tomy yang merupakan anak yatim piatu memulai bisnisnya dari nol pada tahun 1972 dengan proyek pembangunan kantor Koramil di Singkawang. Saat ini, ia adalah pemilik grup Artha Graha, yang beroperasi di berbagai bidang seperti perbankan, properti, dan infrastruktur. Ia juga mendirikan Yayasan Sosial Artha Graha Peduli.
Dikutip dari suara.com, Karier Tomy dimulai pada usia 15 tahun saat ia berkenalan dengan seorang pejabat militer di Singkawang dan mendapatkan proyek pembangunan kantor Koramil. Kemudian, ia menjadi penyalur barang ke berbagai tangsi tentara di Indonesia, termasuk di Papua, Makassar, dan Ambon. Pada tahun 1988, Tomy bersama Yayasan Kartika Eka Paksi (Angkatan Darat) menyelamatkan Bank Propelat yang kemudian berubah menjadi Bank Artha Graha. Pada masa krisis ekonomi, ia juga berhasil menyelamatkan Artha Pusara yang kemudian berganti nama menjadi Artha Pratama.
Tahun 1989, Tomy mendirikan PT. Danayasa Arthatama dan terlibat dalam proyek Sudirman Central Business District (SCBD) di Jakarta. Pada tahun 2003, ia mengambil alih PT. Bank Inter-Pacific dan kemudian mengakuisisi Bank Artha Graha pada tahun 2005, yang kemudian berkembang menjadi Bank Artha Graha Internasional. Tomy juga memiliki saham di Hotel Borobudur melalui PT. Jakarta Internasional Hotels and Development.
Pada tahun 2016, Tomy masuk dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan sebesar US$110 juta atau Rp 1,6 triliun. Sumber pendapatannya berasal dari PT. Danayasa Arthatama, pengembang kawasan SCBD. SCBD kini dikenal sebagai pusat bisnis modern di Jakarta. Tomy juga memiliki saham di PT. Jakarta Internasional Hotels & Development Tbk (JIHD).
Tomy Winata, melalui berbagai perusahaan miliknya, memegang mayoritas saham di Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC). Dalam proyek Rempang Eco-City, ia mendapatkan konsesi selama 80 tahun sejak 2004 hingga 2084. PT. MEG, anak perusahaan Grup Artha Graha, akan mengelola lahan di Pulau Rempang tersebut. PT. MEG bergerak di sektor pariwisata, perhotelan, dan pelayanan teknik.
Selain di bidang keuangan, Tomy juga berperan dalam menghidupkan kembali minat pembangunan Jembatan Selat Sunda untuk menghubungkan Sumatera dan Jawa. Ia juga membangun kawasan konservasi Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) di Lampung, yang dikelola oleh Artha Graha Peduli. TWNC memiliki luas wilayah konservasi sebesar 48 ribu hektar.
Demikian profil Tomy Winata, pengusaha besar di Indonesia.
(*/Wd)
Komentar