HASHTAGNEWS.ID – Jurnalis Kolaka Utara menggelar aksi solidaritas mengecam tindakan represif oknum Polisi dan Satpol PP terhadap salah satu wartawan di Kota Kendari. Jumat (11/2/2022).
Aksi unjuk rasa Jurnalis Kolaka Utara tersebut berlangsung di Bundaran Kelapa Lasusua, Polres Kolaka Utara, dan juga di Kantor Polisi Pamong Praja Kolaka Utara.
Dalam tuntutannya, massa aksi yang terhimpun dalam Serikat Jurnalis Kolaka Utara itu mengutuk keras tindak kekerasan yang dialami jurnalis di Kota Kendari, dan meminta Polda Sultra mengusut tuntas tindak kekerasan tersebut.
Selain orasi, massa aksi juga menggelar aksi teatrikal dan tabur bunga. Aksi tabur bunga dilakukan sebagai simbol matinya kebebasan pers di Bumi Anoa, Sulawesi Tenggara.
Para demonstran juga berharap agar kejadian serupa tidak terulang lagi di tanah air, khususnya di Sulawesi Tenggara, lebih mengerucut lagi di Kabupaten Kolaka Utara.
Kronologi Penghalangan dan Perusakan Alat Peliputan Terhadap Jurnalis JPNN, Laode Muhammad Deden Saputra:
Awal kejadian, saat Deden sedang melakukan peliputan pada aksi demonstrasi oleh Mahasiswa yang menolak Alfian Taufan Putra untuk menjadi Ketua HIPMI.
“Saya sedang meliput aksi demonstrasi Mahasiswa yang menolak Alfian Taufan Putra, seorang anak Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi, untuk menjadi Ketua HIPMI di depan Rujab Gubernur Sultra, sekitar pukul 11.00 WITA,” ujar Deden.
Suasana memanas ketika massa membakar ban mobil bekas. Satpol PP dan polisi terpantau mencoba merampas ban tersebut dari kerumunan massa yang berujung bentrok.
“Tiba-tiba seorang Satpol PP bernama La Ode Boner mendadak memukul tangan saya, membuat smartphone yang saya gunakan untuk meliput peristiwa bentrok terlepas dari genggaman, jatuh ke aspal. Boner keberatan melihat saya fokus meliput rekannya seorang anggota Pol PP yang mengamuk di tengah kerumunan massa,” katanya.
Dari tindakan kekerasan itu, rekan-rekan jurnalis lain yang tengah meliput spontan berusaha melindungi Deden dengan meneriakan kata “wartawan itu, wartawan itu,” sambil berusaha melerai, mencegah kekerasan berlanjut. Seketika Boner mundur menjauhi keributan, setelah mengetahui saya adalah jurnalis.
“Tidak jauh dari saya, beberapa rekan jurnalis lain berusaha melerai empat polisi yang emosi berdatangan berusaha menganiaya saya sambil mengeluarkan nada gertakan. Dua diantara empat polisi itu bernama Briptu Dandy dan Bripda Zakir, sebagaimana yang terdokumentasi dalam rekaman video jurnalis lain. Sementara dua lainya tidak diketahui identitasnya,” tambahnya.
Atas tindak kekerasan tersebut, alat peliputan Deden, berupa smartphone dan juga kacamata yang dipakai mengalami kerusakan. Tak hanya itu, setelah kejadian tersebut, Deden juga mengalami shock berat.
(Rils/*)
Komentar