Bahaya dan Cara Penanganan Penyakit Diare

Kesehatan108 Dilihat

Hashtagnews.id – Penyakit diare pada saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, baik bia ditinjau dari angka kesakitan atau kematian yang ditimbulkannya.

Oleh: Kartini,S.ST.,M.Keb

Penyakit diare juga sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan frekuensi dan kematian yang cukup tinggi yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat dan berdampak pada sektor-sektor lain. Kondisi lingkungan yang menjadi habitat untuk patogen atau peningkatan kemungkinan kontak dengan patogen menjadi risiko utama terjadinya diare 

Diare adalah sebuah kondisi ketika pengidapnya buang air besar (BAB) lebih sering dari biasanya. Seseorang bisa dikatakan mengalami diare bila ia BAB sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari. Selain itu, feses yang dikeluarkan juga lebih encer. 

Ada dua jenis diare yang bisa terjadi, yaitu akut atau kronis (persisten). Diare akut adalah diare yang berlangsung dalam waktu singkat. Ini adalah masalah kesehatan yang umum. Diare akut biasanya berlangsung sekitar satu atau dua hari, tapi bisa juga lebih lama, kemudian menghilang dengan sendirinya.

Diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari merupakan pertanda dari masalah yang lebih serius. Diare kronis yang berlangsung minimal 4 minggu bisa menjadi gejala penyakit kronis. Gejala pada diare kronis bisa berlangsung terus-menerus atau datang dan pergi.

Baca juga:  Kuliah Perdana IKB KJP Palopo Bahas Dunia Kerja di Era Social Society 5.0

Upaya pengontrolan diare telah dilakukan sejak lama oleh Pemerintah Indonesia untuk menekan angka kejadian diare seperti adanya program penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis kepada masyarakat yang diharapkan dapat mencegah diare, namun masih ada kejadian diare yang terjadi di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Dampak dari kurangnya pengetahuan tentang pencegahan diare akan memengaruhi sikap dan perilaku dalam mencegah terjadinya diare sehingga rentan terkena diare yang dapat berdampak buruk pada gangguan gizi dan dehidrasi berat hingga terjadi kematian (LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016).

Ada beberapa kondisi yang bisa membuat seseorang mengalami diare. Umumnya, diare disebabkan oleh beberapa hal berikut:

  • Bakteri dari makanan atau air yang terkontaminasi.
  • Virus seperti flu, norovirus, atau rotavirus. Rotavirus adalah penyebab paling umum dari diare akut pada anak-anak.
  • Parasit, yang merupakan organisme kecil yang ditemukan dalam makanan atau air yang terkontaminasi.
  • Intoleransi atau sensitivitas terhadap makanan, seperti laktosa dan fruktosa.
  • Alergi makanan.
  • Efek samping dari obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, obat kanker, dan antasida yang mengandung magnesium.
  • Penyakit yang mempengaruhi lambung, usus kecil, atau usus besar, seperti penyakit Crohn.
  • Masalah dengan fungsi usus besar, seperti sindrom iritasi usus besar.
  • Penyakit celiac atau penyakit yang menyebabkan tubuh menolak protein gluten.
Baca juga:  Dinkes Palopo Kampanye Aksi Gizi

Gejala yang biasanya menjadi tanda munculnya diare adalah:

  • Feses lembek dan cair.
  • Nyeri dan kram perut.
  • Mual dan muntah.
  • Nyeri kepala.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Haus terus-menerus.
  • Darah pada feses.

Dehidrasi merupakan gejala paling umum yang menyertai diare. Pada anak-anak, diare dapat ditandai dengan jarang buang air kecil, mulut kering, serta menangis tanpa mengeluarkan air mata. 

Pada keadaan dehidrasi berat, anak dapat terlihat cenderung mengantuk, tidak responsif, mata cekung, serta kulit perut yang dicubit tidak kembali dengan cepat. Sedangkan tanda dehidrasi pada orang dewasa, antara lain kelelahan dan tidak bertenaga, kehilangan nafsu makan, pusing, mulut kering, serta nyeri kepala.

Diagnosis dokter akan mendiagnosis diare dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Pemeriksaan sampel feses di laboratorium untuk mengidentifikasi infeksi yang terjadi pada pengidap.
  • Pemeriksaan darah untuk mengetahui penyebab diare.
  • Pemeriksaan tambahan, seperti sigmoidoskopi dan kolonoskopi jika terdapat dugaan penyakit yang lebih serius.
Baca juga:  Pentingnya Baby Spa Bagi Kesehatan Bayi di Masa Pandemi

Komplikasi Beberapa komplikasi yang diakibatkan diare, antara lain:

  • Dehidrasi ringan hingga berat.
  • Sepsis, infeksi berat yang bisa menyebar ke organ lain.
  • Malnutrisi terutama pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun, yang dapat mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh anak.
  • Ketidakseimbangan elektrolit karena elektrolit ikut terbuang bersama air yang keluar saat diare, yang dapat ditandai dengan lemas, lumpuh, hingga kejang.
  • Kulit di sekitar anus mengalami iritasi karena pH tinja yang asam.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi diare. Misalnya:

  • Konsumsi banyak cairan untuk menggantikan kehilangan cairan, baik melalui oral maupun melalui intravena.
  • Pemberian obat yang dapat melawan infeksi bakteri.
  • Selain cara di atas, ada juga pengobatan lainnya. Pengobatan untuk diare biasanya disesuaikan dengan penyebabnya.

Pencegahan Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mencegah diare, antara lain:

  • Selalu mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menyentuh daging yang belum dimasak, setelah dari toilet, atau setelah bersin dan batuk, dengan menggunakan sabun dan air bersih.
  • Mengonsumsi makanan dan minuman yang sudah dimasak hingga matang sempurna, serta menghindari makanan dan minuman yang tidak terjamin kebersihannya.

Komentar