Hashtagnews.id – Ibu hamil merupakan kondisi yang membutuhkan pemenuhan gizi yang seimbang dan cukup untuk menjaga tumbuh kembabng janin dan kesehatan ibu. Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dapat mengalami anemia, kekurangan energy kronik dan risiko lainnya yang dapat berdampak pada proses persalinan dan tumbuh kembang anak. Kebutuhan gizi yang seimbang pada ibu hamil dapat dilakukan dengan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin, protein, karbohidrat dan kebutuhan lainnya yang dapat meningkatkan kondisi sehat ibu dan janin.
Oleh: Warlinda,S.ST.,M.Kes (10 Agustus 2020)
Seringkali, ibu merasa bahwa memenuhi kebutuhan gizi anak harus secara langsung diberikan pada anak, anggapan tersebut asalah keliru karena gizi ibu selama masa kehamilan juga mempengaruhi status gizi balita. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru tampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (Severely Stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai Z-scorenya kurang dari -2SD/standardeviasi (Stunted) dan kurang dari – 3SD (Severely Stunted) (Kementerian Kesehatan, 2019).
Status gizi ibu selama kehamilan dapat dimanifestasikan sebagai keadaan tubuh akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Gizi ibu waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin yang dikandungnya. Pada umumnya, ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang baik yang tidak ada gangguan gizi pada masa pra- hamil maupun saat hamil, akan menghasilkan bayi yang lebih besar dan lebih sehat daripada ibu hamil yang kondisinya memiliki gangguan gizi. Kurang energi kronis akan menyebabkan lahirnya anak dengan bentuk tubuh “stunting” (Soetjiningsih, 2015).
Pemenuhan gizi ibu hamil dimasyarakat selama ini masih dianggap sebagai kebutuhan sampingan (tidak penting) sehingga hanya menjadi prioritas yang kesekian. Hal ini menyebabkan peningkatan kejadian kurang energy kronik (KEK) pada ibu hamil, anemia, dan lain-lain.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfarasi (2019) menyatakan bahwa mayoritas ibu memiliki status gizi normal (64,1%) dan mayoritas balita tidak mengalami stunting (59,5%) dan menimpulkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara status gizi ibu selama kehamilan dengan kejadian stunting pada balita usia 6-59 bulan (p= 0,005). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa status gizi ibu mempengaruhi status stunting pada anak.
Komentar