hashtagnews.id – Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) memberikan apresiasi tinggi terhadap sikap bijaksana yang ditunjukkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Nasaruddin Umar, dalam menanggapi fitnah yang ditujukan kepadanya.
Baru-baru ini, tersebar isu yang merugikan di masyarakat yang menuduh Menteri Agama terlibat dalam dugaan skandal amoral.
Namun, Prof. Nasaruddin Umar memilih untuk merespons dengan kebesaran hati dan memaafkan pihak-pihak yang menyebarkan fitnah tersebut.
Wakil Sekretaris Jenderal PB PMII, Fikram Kasim, yang juga merupakan kader PMII dari Sulawesi Selatan cabang Palopo, menilai bahwa sikap Prof. Nasaruddin Umar merupakan contoh kepemimpinan yang baik.
Menurutnya, tindakan memaafkan ini mencerminkan kebesaran hati dan kedewasaan yang harus dicontoh oleh semua pihak.
“Kami mengapresiasi keputusan Prof. Nasaruddin untuk memilih jalan memaafkan, meskipun tuduhan tersebut sangat merugikan dirinya. Sikap ini mencerminkan kebesaran hati dan kedewasaan yang harus dicontoh oleh semua pihak,” ujar Fikram dalam pernyataan resminya.
Lebih lanjut, Fikram menekankan bahwa sikap Menteri Agama ini penting untuk membangun iklim politik yang sehat dan penuh kedamaian.
Ia menegaskan bahwa dalam situasi penuh tekanan, pemimpin sejati bukan hanya mereka yang mampu mengambil keputusan tegas, tetapi juga yang bisa menjaga kedamaian dan bersikap santun meski menghadapi tekanan.
Mahasiswa dan generasi muda Indonesia, kata Fikram, harus belajar dari keteladanan ini. Sebagai generasi yang aktif dalam dinamika sosial dan politik, mereka harus mampu menanggapi perbedaan pendapat dengan kepala dingin serta mengedepankan etika dan rasa hormat terhadap pihak lain.
“Sikap Prof. Nasaruddin Umar harus menjadi pelajaran berharga bagi seluruh mahasiswa dan pemuda Indonesia. Sebagai agen perubahan, kita harus mengedepankan cara-cara yang damai dan konstruktif dalam menyuarakan pendapat dan kritik terhadap kebijakan publik,” tambahnya.
PB PMII berharap bahwa sikap Prof. Nasaruddin Umar dalam menghadapi fitnah ini dapat memberikan inspirasi kepada para pemimpin masa depan. Kepemimpinan yang penuh kasih sayang, sabar, dan mampu meredam ketegangan akan sangat penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
“Kepemimpinan yang penuh kebesaran hati adalah yang kita butuhkan di tengah berbagai dinamika politik yang kerap mengarah pada perpecahan,” tutup Fikram. (*/Wdy)