OPINI: Pendidikan, Kurikulum Tersembunyi dan Tata Krama Online

Opini129 Dilihat

Hashtagnews.id – Staf Khusus Menteri Agama bidang Image Building Media dan pengembangan IT Wibowo Prasetyo menyebutkan angka pengguna internet di Indonesia pasca pandemi mengalami peningkatan yang signifikan. Sebelum pandemi, pengguna internet sekitar 170 juta pengguna dan naik menjadi 210 juta setelah pandemi. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah pengguna internet aktif. Mayoritas pengguna internet adalah generasi z yang berdasarkan survey terpercaya sudah mencapai 75 persen.

Penulis: Muhaemin (Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palopo)

Hasanuddin Ali dari lembaga riset Alvara menyebutkan bahwa mayoritas pengguna internet menghabiskan waktu 7-8 jam di dunia maya setiap hari.  Hasil riset Alvara yang mengambil sampel dari dosen dan mahasiswa PTKIN menunjukkan bahwa mayoritas pengguna ini melakukan aktivitas browsing, chatting, download, jejaring sosial hingga belajar dan bekerja.  Data ini perlu dicermati kalangan praktisi pendidikan seiring dengan rendahnya tata krama online saat ini khusunya di kalangan generasi muda.

Baca juga:  Makin Maju, Febi IAIN Palopo Gagas Sinergitas Produktif dengan PT Vale

Pendidik perlu menjadikan tata krama online sebagai bagian dari kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Ini upaya yang tidak mudah, karena pendidik harus lebih awal memahami kecakapan digital sebelum  meneruskan ke peserta didik.

Ada juga yang mengusulkan agar tata krama online dimasukkan dalam kurikulum secara formal. Namun menurut Mendikbud, isu cyber bullying dan masalah lain seperti pelecehan seksual serta intoleransi tidak dapat semudah itu diselesaikan melalui perubahan kurikulum. Banyak muatan kurikulum yang belum diserap peserta didik saat ini.

Menurut Mas Nadiem, Dimasukkan dalam kurikulum adalah langkah pertamanya. Masih ada langkah-langkah berikutnya yang rumit, seperti interpretasi guru, proses pedagogi, hingga turun ke murid. Oleh karena itu internalisasi tata krama online dapat diawali dengan menempatkannya sebagai bagian dari hidden curriculum di setiap lembaga pendidikan.

Baca juga:  Pasca Bentrok Antar Mahasiswa, Polres Palopo Lakukan Koordinasi dengan Rektor IAIN

Walaupun tidak dipelajari atau tidak direncanakan secara terprogram, Hidden kurikulum memiliki peran dalam membelajarkan peserta didik bahkan menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Beberapa tata krama online yang perlu disampaikan seperti pentingnya menggunakan kata-kata yang baik, sopan, dan tidak memancing konflik dalam mengirim-menerima pesan, menyebarkan informasi hingga membuat komentar.  Tidak menggunakan dan menyebarkan informasi yang bersifat pribadi dengan orang lain melalui media sosial. Menyertakan sumber/referensi jika informasi yang disampaikan dalam media sosial merupakan kutipan pihak lain.

Hidden kurikulum banyak berbicara tentang niliai-nilai, norma-norma, kaidah, tata krama, sikap, budaya, kepercayaan, dan aturan-aturan berlaku di tengah masyarakat dan dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Hidden curriculum diperlukan agar peserta didik memiliki soft skill dalam menghadapi dinamika perubahan di tengah masyarakat termasuk era digital yang sedang berjalan.

Baca juga:  Rektor Apresiasi Hasil Asesmen Prodi IAT FUAD IAIN Palopo

Setiap pendidik hendaknya memperhatikan eksistensi hidden curriculum. Keberadaan hidden kurikulum melengkapi dan menyempurnakan kurikulum formal serta berfungsi untuk memberikan pengalaman yang mendalam, memberikan kecakapan dan keterampilan dalam kehidupan, menciptakan masyarakat demokratis, menanamkan nilai sosial, dan  memiliki tata krama yang mulia baik di dunia maya maupun di dunia nyata.

Komentar