OPINI: Dramatisasi Pesan Whatsapp

Tulisan ini berawal Kaku, tapi mungkin berujung intermezo untuk yang selalu ngaNU.

Penulis: Ayying (Ketua LPM Graffity IAIN Palopo)

Diawali dengan peralihan aplikasi berkomunikasi, Semenjak BlackBerry Messenger atau BBM sudah tidak lagi menjadi tongkrongan pengguna medsos, maka muncullah wajah baru, yaitu WhatsApp. Terlihat santai, dan sedikit praktis. Selain di gandrungi dan diminati oleh para mediator, perlahan juga membuat kejenuhan.

Ada beberapa model pesan yang selalu berulang ulang, layaknya sinetron pada stasiun televisi. coba perhatikan, Setiap saat kita dijejali sinetron, Alur cerita tetap sama, hanya saja dengan pemeran yang berbeda. Endingnya pasti itu itu saja, kalau bukan pelakor, istilah jaman now, ya pasti pelaki. Gawat

WhatsApp memberi kemudahan dalam berkomunikasi, namun tak jarang membuat jengkel para pengguna.

WhatsApp ini sedikit unik, bagaimana tidak, Beberapa orang mampu tergabung dalam 1 grup, Mulai dari grup Mancanegara, Grup Nasional, Sampai ke Grup RT dan RW pun ada.

Ada Beberapa aktifitas pada Whatsapp yang sering terjadi, diantaranya Bercanda melalui grup, Berdiskusi melalui grup, bahkan Sikat-menyikut pun grup yang jadi sasaran.

Menurut saya, ini menurut saya ya, Menurut kamu ya tulis juga. Ada kejanggalan cara kita menggunakan Media sosial, Seolah olah media sosial bukan lagi menjadi ruang Privasi, termasuk Whatsapp. namun sebaliknya, media sosial menjadi ruang publikasi apapun jenisnya, Mulai dari bercanda bersama kekasih, Nongkrong bareng teman, bahkan adapula yang mempublish seseorang menghadiri pesta mantan. Sungguh kasihan. Hhhhh…

Cara mengirim pesan seseorang pun bermacam-macam, yang akhirnya berimbas kepada hilangnya gairah membaca pesan tersebut, diantaranya di awali dengan pesan stiker, menggunakan kata “P”,menulis nama secara singkat, dan adapula yang bertanya “Posisi”.

Kalimat atau bentuk pesan diatas menurut saya pemborosan, mengapa tidak, Ketika dia memanggil “Rid” pasti seseorang membalas “iya” baru selanjutnya “Begini Rid”, harusnya To the point saja, “Rid”…bla bla bla.

Selanjutnya kata “P”, Kata “P” merupakan transformasi dari kata “PING” yang sebenarnya merupakan fitur saat masih menggunakan Aplikasi BlackBerry messenger (BBM). Namun seiring perkembangan media begitu pesat, keanehan seseorang bermedia pun juga memiliki perkembangan.

Menurut Mas Agus Mulyadi (Redaktur Mojok), bahwa kata “P” atau PING selain terdengar memaksa juga tidak relevan lagi di gunakan pada aplikasi Whatsapp. bagaimana tidak, meskipun pesan “P” dikirim berulang kali maka nada pesan tetaplah memiliki bunyi yang sama. Hhhhhh

Pesan selanjutnya yaitu mengirim pesan menggunakan satu bahkan beberapa stiker saja, menurut saya pesan yang seperti ini perlu untuk dihindari. Selain tidak memiliki kejelasan, juga sangat mengancam populasi emoticon pada pesan Whatsapp.

Zaman edan ini memang memiliki banyak perbedaan, kalau dulu seseorang mengirim pesan melalui surat, maka sekarang pulpen yang ada harus rela beristirahat panjang pada pembaringannya. ini berselang kira-kira antara zaman perusahaan pertama yang memperjualbelikan telephone genggam, yaitu Motorola menuju zaman Sony Ericsson.

Pesan unik dan tidak mengetahui jam tayang juga ada, atau justru pura-pura tidak tau, entahlah, yaitu ungkapan pesan yang bertanya “posisi” , bayangkan kalau lagi enak-enaknya nongkrong sambil ngopi bersama teman, lalu teman yang satu mengirim pesan bertanya “posisi” maka sejenak tombol kunci pada handphone harus perlahan ditekan, Selain Kepo, juga melanggar kode etik ngopi.

Parahnya lagi, Kalau seseorang yang selama ini nomernya tidak tersave dalam daftar kontak, lalu kemudian mengirim pesan bertubi-tubi, cek per cek hanya Bertanya “posisi”, Selain mengabaikan pesan ini, maka pesan tersebut boleh kita balas dengan ungkapan “Maaf, Nomer anda tidak terdaftar dalam Kontak”. Alasannya jelas, Selain memori internal dan eksternal penuh, Juga penuh dengan dramatisasi kepentingan.

Ada banyak muatan pesan yang selalu berulang secara terus menerus pada Whatsapp, Sengaja saya tidak tuliskan, selain khawatir banyak pengguna yang berlinangan air mata dan ingus, ditambah gigit jari secara berlarut larut, ya mungkin saja terlibat dalam kasus pada macam-macam pesan tersebut.(*)

Komentar