Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor Addin Jauharudin berbicara mengenai Indonesia emas dan kader muda NU yang beridentitas konstruktif.
Addin mengatakan dalam era persaingan global saat ini, Indonesia membutuhkan sosok-sosok yang memiliki latar belakang dan karakter jelas.
Addin meyakini nilai identitas ini akan membuat bangsa Indonesia semakin tangguh di masa mendatang terutama dalam sektor politik, sosial dan ekonomi. Pandangan tersebut disampaikan Addin saat memberikan sambutan pada Silaturahim Pengurus Cabang GP Ansor se-Barlingmascakeb di Pondok Pesantren Roudhatut Tholibin, Sirau, Kemranjen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (20/2/2024) seperti dalam keterangan tertulis.
Addin meminta para anak muda NU untuk benar-benar menyadari tantangan bangsa ke depan yang semakin kompleks dan tak ringan. Addin berharap kader percaya diri sekaligus mampu mengompromikan antara yang bersifat ideologis dan taktis serta yang bersifat tertutup dengan fleksibel antara hal-hal yang sempit menjadi luas.
“Kalau soal nilai dasar perjuangan dan pergerakan Ansor seperti membela NKRI sudah tuntas dan jelas. Posisi politik kebangsaan tuntas. Posisi masyarakat pun tuntas. Yang belum tuntas adalah kader ke depan memiliki nilai-nilai identitas kita masing-masing agar jati diri kuat dan bisa menjadi semakin berkualitas dan tangguh di era kompetitif,” ujar Addin.
Addin menilai ada tiga langkah strategis untuk membangun nilai-nilai identitas kader Ansor yang konstruktif. Pertama, melakukan rekayasa politik (political engineering) yang terukur; kedua, rekayasa sosial (social engineering); dan ketiga, rekayasa ekonomi (economic engineering). Dengan rekayasa ini, kader sejak dini menyiapkan berbagai langkah agar struktur dan terukur ke depan menjadi lebih taktis dan strategis.
“Bukan hal sulit untuk membuat rekayasa-rekayasa itu, sebab saat ini kader banyak tersebar di sektor yang strategis seperti menjadi kepala desa atau perangkat desa, pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), penyelenggara pemilu, aktivis Karang Taruna, jaringan profesional di berbagai bidang dan jaringan birokrasi di berbagai lembaga pemerintahan,” ungkap Addin.
Addin optimistis, jika kader menguasai sektor-sektor di atas, perubahan bidang politik, sosial, dan ekonomi akan lebih mudah. Jika ada kader ingin menjadi kepala daerah, misalnya, Ansor harus menyiapkan secara matang sejak dini dengan kerja-kerja kolaboratif agar kader tersebut lolos, bahkan menjadi yang terbaik ketika mengemban amanah.
“Perekayasaan (engineering), koneksi antarbatin kader dan jaringan organisasi menjadi hal yang mutlak dilakukan agar perencanaan mencapai tujuan yang diharapkan,” ujar Addin. (*)
Komentar