Kebuasan Mesin Kapitalisme Digital

Kolom865 Dilihat

Inilah era algoritma , kapitalisme tidak lagi bergantung pada pabrik, melainkan pada “perhatian”. Dan siapa penggeraknya ?, Para Content Creator.

Sistem ini dibangun seperti pabrik modern, tanpa gaji tetap, tanpa jaminan sosial, tanpa perlindungan mental. Yang dibutuhkan hanya produksi konten tanpa henti.

Pabrik modern ini menciptakan reels, shorts, dan program monetisasi yang menggoda, mesin memerlukan asupan konten yang banyak sekaligus membuat pengguna betah berlama-lama.

Namun yang luput tersampaikan, seolah tersembunyi di reruntuhan terdalam, 99% konten tidak dibayar dengan layak, jutaan kreator berjuang keras hanya untuk mendapat reach ratusan, algoritma terus berubah yang dulu viral kini tenggelam, engagement bisa dibentuk dan dimanipulasi bahkan dibatasi tanpa alasan yang jelas.

Pabrik besar ini akhirnya membuat para pengguna terus bertanya, “Mungkin kontenku belum cukup bagus”, “Coba sekali lagi, mungkin ini yang akan viral”, yang penting berkarya terus”, pada akhirnya pengguna memanipulasi kesadarannya sendiri.

Baca juga:  Opini: Caleg!

Padahal bukan membuat karya, namun memasok bahan bakar gratis bagi mesin untuk lebih semakin besar dan terus membesar, karena saat ada yang lelah, ada kreator yang siap menggantikan.

Begitulah kerja mesin besar ini, ia menjual ilusi menjadi mimpi, ia memberi panggung kecil, dan menutup panggung besar, ia akan terus bilang anda punya kesempatan, tapi ia tetap yang menentukan siapa yang akan ditampilkan.

Mesin raksasa media sosial, bukan sekedar tempat berbagi, mereka adalah mesin korporasi yang menjual data pengguna kepada iklan dan menjual waktu pengguna lewat iklan, dan umpannya adalah para konten kreator untuk mempertahankan para pengguna tetap aktif.

Para kreator bukanlah seniman bebas, ia bagian dari mesin produksi konten, jadi para konten kreator bukan saja sebagai pekerja tapi juga sekaligus sebagai produk. Wajah, gaya, opini, semua dikemas, semua dinilai dan dijual.

Platform terus menerus mencetak miliaran dolar dari atensi publik, saat yang sama para kreator bersaing di dasar piramida sambil terus berharap suatu saat kontennya bakal viral.

Petuah lama Karl Marx, yang menguasai dan memiliki alat produksi akan terus menghisap tenaga kerja demi akumulasi modal. Era ini, alat produksi itu adalah platform digital, algoritma, server dan data.

Para kreator (buruh konten) tidak memiliki alat produksi, mereka hanya menyuplai konten untuk di monetisasi oleh pemilik platform (Borjuis Digital).

Semua ditentukan dan terkontrol oleh algoritma, kontennya seakan gratis disaat bersamaan data pribadinya tersedot.

Neo-Marxisme, terutama dari pemikiran seperti Herbert Marcuse dan Frankfurt School, menyebut ini sebagai bentuk “penindasan halus” di masyarakat modern, “Kebebasan semu yang dikendalikan oleh teknologi dan budaya massa.”

Platform seolah memberi kebebasan berekspresi, tapi semua ekspresi ditentukan dan diukur dengan nilai tukar kapitalistik (likes, views, dan monetisasi). Semuanya diatur dan dikendalikan oleh logika pasar, bukan nilai kebenaran atau keadilan, dan semua dijadikan komoditas demi keuntungan pemilik platform.

Dalam istilah Marx, kreator mengalami alienasi, yakni alienasi digital, konten kreator terasing dari hasil karyanya (konten dimonetisasi platform), bahkan konten kreator terasing dari sesama kreator (persaingan terus-menerus demi algoritma), yang lebih parah, kreator akan terasing dari dirinya sendiri (membuat konten hanya demi relevansi, bukan ekspresi murni, tapi ekspresi karena kepentingan pasar kapitalisme digital).

Mesin raksasa kapitalisme digital ini terus berjalan, menuntut produktivitas tanpa henti. Bukan karena ingin membebaskan manusia, tapi karena ingin mengakumulasi kapital dari perhatian manusia.

Dimana letak keadilan dan kemanusiaan dibelantara algoritma digital ? hanya kesadaran kemanusiaan yang bisa memproduksinya, jika bukan anda, lantas siapa ? Tentu kita tidak bisa sekedar mengutuk kegelapan, tanpa kesadaran terus memberi terang.

Penulis: Rais Laode Sabania

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *