Kasus Sifilis di Indonesia Melonjak, Dominasi 48 Persen Infeksi Menular Seksual

Lifestyle994 Dilihat

hashtagnews.id – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat lonjakan signifikan kasus sifilis dalam beberapa tahun terakhir. Dalam periode Juni 2024 hingga Maret 2025, tercatat 10.681 kasus sifilis dini dan 8.336 kasus sifilis aktif, menjadikan penyakit ini sebagai penyumbang terbesar infeksi menular seksual (IMS) di Indonesia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, Ina Agustina, mengungkapkan bahwa sifilis yang juga dikenal sebagai penyakit raja singa mewakili 48 persen dari total kasus IMS yang dilaporkan.

“Perlu diketahui, 48 persen dari IMS di Indonesia didominasi oleh penyakit sifilis. Kasusnya banyak terjadi pada usia muda, umumnya,” ujarnya dalam daring bertajuk Temu Media Program HIV dan Infeksi Menular Seksual pada Jumat (20/6/2025).

Baca juga:  Jejak Nusantara di Enam Negara, Dari Kekuasaan Sriwijaya hingga Ambisi Majapahit

Tren ini semakin mengkhawatirkan karena lonjakan kasus paling signifikan tercatat pada kelompok usia 15 hingga 19 tahun. Kemenkes mengaitkan tingginya angka ini dengan rendahnya literasi seksual, perilaku seksual yang tidak aman, serta terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan reproduksi.

Tak hanya sifilis, kalangan muda hingga dewasa muda di Indonesia juga menunjukkan prevalensi tinggi terhadap IMS lain seperti klamidia, gonore, herpes genital, dan HPV. Hal ini menegaskan perlunya perhatian serius terhadap edukasi dan layanan kesehatan seksual bagi kelompok usia produktif.

Gejala Sifilis Berdasarkan Stadium

Sifilis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum dan ditularkan melalui kontak langsung dengan luka terbuka. Penularan juga dapat terjadi dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, hingga menyusui.

Baca juga:  Desa Tercantik di Sulawesi Selatan Ini Telah Diakui UNESCO

Berikut klasifikasi gejala sifilis berdasarkan stadiumnya:

  • Sifilis Primer: Ditandai dengan munculnya luka kecil (chancre) di area tempat bakteri masuk, umumnya di sekitar kelamin, mulut, atau dubur. Luka ini timbul antara 10 hingga 90 hari setelah terpapar.
  • Sifilis Sekunder: Setelah luka primer menghilang, pasien akan mengalami ruam pada telapak tangan dan kaki. Beberapa kasus disertai dengan kutil di area kelamin atau mulut.
  • Sifilis Laten: Dalam tahap ini, gejala fisik tak muncul namun bakteri tetap aktif dalam tubuh dan tetap bisa menular. Stadium ini bisa berlangsung bertahun-tahun tanpa terdeteksi.
  • Sifilis Tersier: Stadium paling berbahaya yang muncul 10 hingga 30 tahun setelah infeksi awal. Menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh, termasuk jantung, otak, dan sistem saraf.

Kemenkes RI menegaskan pentingnya deteksi dini dan pengobatan yang tepat guna mencegah komplikasi lebih lanjut. Pemerintah juga mengimbau masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih terbuka dalam memperoleh informasi kesehatan seksual dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi.

Di tengah meningkatnya kasus IMS, Kemenkes berencana memperluas akses terhadap layanan kesehatan seksual, memperkuat edukasi di sekolah, serta meningkatkan skrining di fasilitas kesehatan primer. Sebab, upaya pencegahan tidak cukup hanya pada intervensi medis, tetapi juga menyasar akar permasalahan: edukasi dan kesadaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *