Ini Penyebab Perempuan Rentan Terinfeksi HIV-AIDS

Hashtagnews.id – Beberapa faktor resiko kerentanan perempuan mendapatkan infeksi HIV/AIDS. Hubungan heteroseksual, Faktor resiko terbesar perempuan mendapatkan infeksi HIV adalah dari hubungan heteroseksual.

Penulis: Ns. Bestfy Anitasari, S.Kep.,M.Kep, Sp.Mat (2 Desember 2019)

Heteroseksual yang tidak hanya berarti hubungan dalam pernikahan tetapi dapat berarti hubungan pranikah atau karena korban perkosaan oleh sejumlah pemuda.

Memakai narkoba jenis suntikan, Faktor resiko lain adalah pemakai narkoba, ODHA perempuan bisa saja seorang pemakai narkoba suntik yang berbagi jarum dengan pasangannya atau teman-temannya, ataukah perempuan tersebut tidak memakai narkoba suntik, tetapi melakukan hubungan seks dengan pasangannya, yang seorang pemakai narkoba suntik.

Kemungkinan lain yaitu perempuan yang memakai narkoba suntik dengan cara berbagi jarum dengan pasangan/teman-teman dan melakukan hubungan seksual baik dengan pasangan maupun dengan teman-teman sesama pemakai narkoba suntik.

Transfusi darah, Perempuan pun dapat terinfeksi HIV dari jalur transfuse darah, kemungkinan mendapatkan transfuse darah karena kondisi penyakit atau karena kecelakaan.

Penularan dari ibu ke bayi, Penularan perinatal dari ibu yang sudah terinfeksi dalam kondisi hamil, saat melahirkan atau pada saat menyusui bayinya.  

Selain factor di atas, sejumlah faktor lain yang membuat perempuan lebih rentan dibandingkan laki-laki dalam hal penularan HIV dan AIDS:

Kerentanan biologis

Kerentanan biologis yang dialami oleh perempuan antara lain:

  • Organ reproduksi perempuan tersembunyi sehingga tidak mudah terdeteksi bila ada keluhan.
  • Organ reproduksi perempuan memiliki selaput mukosa yang luas, mudah luka/iritasi, sehingga bila terjadi penetrasi penis dengan kekerasan/paksaan ataupun penis dengan HIV akan lebih memudahkan terjadinya penularan.
  • Jumlah virus HIV dalam sperma lebih banyak dibandingkan dalam cairan vagina, sehingga perempuan lebih banyak menampung sperma sehingga lebih besar kemungkinan untuk terinfeksi.
  • Apabila ada luka di vagina karena ada hubungan seks yang tidak diinginkan dan tidak aman maka resiko akan semakin tinggi.

Kerentanan karena ketidakadilan gender

Kerentanan gender yang  dialami oleh perempuan yaitu karena posisi tawar/pembelaan diri perempuan yang tidak setara.

Perempuan di konstruksikan sebagai penurut, pasif, sabar, dan setia  yang menyebabkan perempuan terlibat dalam perilaku seks yang tidak aman.

Perempuanpun enggan untuk menyarankan perilaku seks yang aman pada pasangannya seperti memakai kondom, karena takut disakiti atau ditinggalkan oleh pasangannya.

Sedangkan laki-laki dikonstruksikan sebagai dominan, agresif, mengambil inisiatif bahkan memaksa perempuan (baik istri, pacar maupun pekerja seks) untuk melakukan seks yang tidak aman,  yaitu melakukan hubungan seks tanpa kondom. 

Hal yang wajar pada kelompok sosial tertentu bila pria mempunyai lebih dari satu pasangan, baik sebelum menikah, di dalam pernikahan maupun di luar pernikahan.

Fenomena yang banyak ditemui di tengah-tengah masyarakat yang secara tidak sadar merupakan hasil dari konstruksi sosial yang melihat secara permisif dalam menerima laki-laki yang mempunyai banyak pasangan.

Kerentanan sosial

Kerentanan sosial yang dialami oleh perempuan antara lain:

  • Adanya pelecahan dan kekerasan seksual.
  • Kurangnya akses pendidikan dan pelayanan kesehatan.
  • Menjadi korban perdagangan perempuan.
  • Menjadi korban perkosaan dan incest.
  • Perempuan dituntut untuk menjalankan peran sebagai pengasuh dan perawat, ketika pacar, suami, orang tua, maupun anaknya sakit. Tapi ketika dirinya sendiri sakit dan butuh perawatan, sering kali terabaikan.

Kerentanan ekonomi

Kerentanan ekonomi yang dialami oleh perempuan antara lain:

  • Perempuan tidak memiliki penghasilan sendiri, sehingga tergantung pada suami atau pasangannya untuk menafkahi.
  • Kalaupun bekerja, upahnya tidak mencukupi atau lebih rendah dibandingkan laki-laki.
  • Perempuan kesulitan dalam mendapatkan modal atau kredit usaha.
  • Hak warisnya sering dikurangi sehingga kesulitan menaikkan taraf hidupnya.

Kerentanan budaya

Kerentanan budaya yang dialami oleh perempuan antara lain:

  • Perempuan masih kesulitan untuk mendiskusikan keinginan dan keselamatan tubuhnya.
  • Tradisi dijodohkan, dipaksa menikah, dipaksa menjadi pekerja seks atau dipaksa jadi janda pada usia muda agar harganya meningkat sebagai pekerja seks.
  • Adat turun ranjang di Sumatera Utara, dimana seorang perempuan diharapkan mau menikah dengan suami dari kakak perempuannya yang meninggal dunia.
  • Tradisi sifon atau tradisi sunat pada laki-laki remaja di Nusa tenggara Timur. Syarat untuk penyembuhan luka sunat ini, laki-laki tersebut diharuskan melakukan hubungan seks dengan perempuan.

Promosi pencegahan penularan HIV/AIDS dikenal adanya slogan A, B, C dan D. Langkah-langkah pencegahan yang dimaksud adalah:

 A : Abstinance atau berpuasa untuk tidak melakukan perilaku seks bebas. Akan tetapi pada kenyataannya perempuan menjadi korban perkosaan, incest, trafficking atau hubungan seks yang dipaksakan

B : Be faithfull atau bersikap saling setia satu sama lain dengan pasangan yang sah nya. Istri atau pacar yang setia tertular dari suami/pacarnya sendiri. Jadi yang beresiko adalah situasinya, bukan perilakunya.

C : Condom atau gunakan kondom jika memiliki resiko tinggi untuk menularkan atau ditulari HIV. Akan tetapi terkadang terjadi hubungan seks yang dipaksakan, tidak diinginkan, atau hubungan seks dengan kekerasan dimana perempuan tidak bisa atau takut menegosiasikan keselamatannya sendiri

D : Do not Inject atau jangan menggunakan narkoba suntik. Penularan terjadi pada perempuan bukan pecandu narkoba/suntikan tapi suami/pacarnya adalah pecandu narkotik yang sering berganti jarum suntik lalu melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan dirinya tanpa punya kekuatan untuk menegosiasikan keselamatan dirinya.

Materi ini disampaikan pula secara langsung pada kegiatan seminar Peempuan dan HIV AIDS yang disampaikan oleh penulis sendiri sebagai salah satu Pemateri pada kegiatan seminar tersebut.

Komentar