Gus Yahya Sebut Kriteria Presiden yang Diinginkan PBNU

Politik96 Dilihat

Hashtagnews.id – Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyebut kriteria Presiden yang diinginkan PBNU untuk mendajadi pemimpin rakyat Indonesia mendatang.

KH Yahya atau yang akrab disapa Gus Yahya buka-bukaan kriteria pemimpin yang diinginkan PBNU. Gus Yahya menyebut, ada 4 kriteria pemimpin yang diharapkannya untuk Pilpres 2024 nanti.

“Yang cerdas, yang bijaksana, yang takut kepada Tuhan, dan mengasihani rakyatnya,” kata Gus Yahya usai membuka Sosialisasi ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference 2023 di Hotel Shangri-La Surabaya, Kamis (15/6/2023).

Gus Yahya menyatakan, pemilihan presiden harus berjalan dengan guyub, rukun, dan damai. Ia menyebut, pemilihan presiden bukan ajang bertarung hidup dan mati.

“Kembali kepada warisan tadi, harmoni dan toleransi, jangan ribet (soal pilpres). Ini cuma prosedur saja kok. Kita bukan mau bertarung hidup mati soal presiden,” tambahnya.

Baca juga:  Anggota PPK di Luwu Ditemukan Meninggal di Kamar Hotel Usai Ikut Bimtek Pemilu 2024

Gus Yahya sendiri dalam sosialisasi menawarkan pendekatan ASOKA, yakni pendekatan untuk melakukan kampanye dan konsolidasi nilai-nilai peradaban mencakup kawasan luas yang ada di Indo Pasific ini.

“Yang isi substansi dari nilai-nilai keberadaban itu adalah toleransi dan harmoni. Sesudah masa-masa itu tentu ada banyak disrupsi, ada banyak pengaruh-pengaruh baru yang sebagian memicu disharmoni dan lain-lain,” katanya.

“Nah sekarang kita ingin menawarkan kepada masyarakat di kawasan ini untuk melakukan konsolidasi sosial terlebih dahulu, membangkitkan ingatan kolektif tentang warisan peradaban negeri yang pernah kita miliki untuk menghidupkan kembali watak, semangat, toleransi, dan harmoni dari masyarakat di kawasan pasifik yang dulu pernah kita punya. Serius real pernah kita punya,” jelasnya.

Baca juga:  Begini Makna "ASR", Tagline Kodam Hasanuddin yang Launching di Makassar

Dengan mengingatkan kembali warisan peradaban negeri, Gus Yahya menyebut nantinya gagasan di peradaban baru bisa ditawarkan kepada para aktor-aktor politik.

“Mari kita bangkitkan kembali, supaya ini jadi basis konsolidasi kultural untuk kemudian kita tawarkan kepada pelaku-pelaku politik, aktor-aktor politik untuk dijadikan political brand sebagai konsolidasi politik menuju lahirnya peradaban baru nantinya, Insyaallah,” tandasnya.

(*/WD)

Komentar